
antv7 – Presiden Prabowo Subianto akhirnya merombak kabinet dengan mengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani. Keputusan mengejutkan ini bukan karena skandal atau kegagalan teknis, melainkan karena arah kebijakan fiskal yang dianggap tidak lagi sejalan dengan visi baru pemerintah.
Sri Mulyani selama ini dikenal sebagai sosok disiplin yang menjaga citra Indonesia di mata Barat. Dengan pendekatan khas IMF dan Bank Dunia, ia menekankan defisit rendah, tax ratio, hingga menjaga “kepercayaan investor”. Namun, dalam dinamika global yang berubah cepat, pendekatan itu dinilai mulai tidak cukup untuk menopang ambisi besar Indonesia.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, Prabowo baru saja kembali dari kunjungan ke Beijing dan Moskow. Pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping dan Vladimir Putin diyakini membawa sinyal penting: Indonesia bersiap menggeser orientasi ekonomi dari Barat menuju Timur, khususnya melalui kolaborasi dengan BRICS+.
Penggantian Sri Mulyani disebut banyak pengamat sebagai langkah “reset fiskal”. Pemerintah ingin lebih leluasa membelanjakan anggaran untuk rakyat, memperbesar investasi strategis di sektor pangan, energi, dan industri, serta tidak lagi terlalu terikat pada aturan ketat Washington.
Tren ini sejalan dengan perubahan global. IMF mulai kehilangan pamor di banyak negara berkembang, sementara BRICS+ makin percaya diri menawarkan skema kerja sama baru. Indonesia tidak ingin lagi sekadar menjadi “tamu VIP” dalam forum Barat, melainkan aktor utama di meja ekonomi dunia.
Meski begitu, arah baru ini membawa tantangan. Masuknya investasi besar dari China dan Rusia bisa mempercepat pembangunan, tetapi juga berpotensi menciptakan konfigurasi oligarki baru. Publik menunggu bagaimana pemerintah menjaga agar pertumbuhan tetap inklusif dan berpihak pada rakyat.
Lengsernya Sri Mulyani menandai berakhirnya era disiplin fiskal ala IMF. Di bawah kepemimpinan Prabowo, Indonesia memasuki babak “Soemitronomic” – sebuah arah baru yang menekankan kemandirian, keberanian membelanjakan anggaran, dan orientasi strategis ke Timur. Babak ini akan menentukan wajah ekonomi Indonesia di era global yang tengah bergeser.
( erman)