JEMBER – Dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Java Lotus Jember, Minggu 16 November 2025, Dr. Luigi Ariawan, Medical Expert Bushido of AFC, memaparkan sejarah panjang AFC—perusahaan farmasi non-kimia asal Jepang yang telah berdiri sejak tahun 1831. Perusahaan tersebut mulai melantai di Bursa Efek Tokyo pada tahun 1969 dan sejak itu memperluas ekspansinya ke berbagai negara, termasuk memasuki pasar Indonesia pada tahun 2014.

Menurut dr. Luigi, kehadiran AFC di Indonesia berawal dari kerja sama dengan perusahaan dalam negeri, H & E DERMATECH, yang didukung serta diaudit langsung oleh Kedutaan Besar Jepang. Kolaborasi inilah yang menjadi pintu masuk AFC dalam memperkenalkan produk-produk kesehatan berbasis riset kepada masyarakat Indonesia.
Pada tahun 2018, AFC resmi memberikan peluang kemitraan melalui konsep bisnis jaringan. Dr. Luigi yang terlibat sejak awal menjelaskan bahwa sistem tersebut merupakan bentuk “franchise modern” yang memberikan kesempatan masyarakat bekerja sama langsung dengan perusahaan farmasi Jepang berusia hampir dua abad itu.
Produk pertama AFC yang masuk ke Indonesia adalah SOP 100, suplemen berbahan dasar salmon ovary peptide yang menjadi fondasi perkembangan bisnis AFC di tanah air. Produk tersebut kemudian terus ditingkatkan menjadi generasi terbaru seperti Subarashi dan Subarashi Gold.
Menanggapi pertanyaan mengenai keamanan produk, dr. Luigi menegaskan bahwa seluruh produk AFC bersifat non-kimia dan telah melalui riset ketat. “Kami memiliki patent function, yaitu fungsi produk yang pasti terjadi pada setiap pengguna. Ini yang membedakan kami dari kompetitor,” jelasnya.
Selain produk, AFC juga membuka peluang bisnis melalui paket kemitraan Ruby, Safir, dan Diamond. Masing-masing paket memiliki besaran hak usaha dan bonus berbeda, mulai dari 8 persen untuk Ruby, 11 persen untuk Safir, hingga 17 persen untuk Diamond.
Dr. Luigi juga menekankan bahwa semua produk AFC memiliki masa kedaluwarsa tiga tahun sesuai regulasi pemerintah. Penjualan produk kedaluwarsa merupakan pelanggaran hukum yang dapat dilaporkan ke pihak berwajib.
Untuk menjaga keaslian produk, AFC melarang penjualan melalui marketplace seperti Tokopedia dan Lazada. Seluruh produk hanya didistribusikan melalui jalur resmi dan diimpor langsung dari Jepang guna mencegah pemalsuan.
Terkait ekspansi ke Jember, dr. Luigi mengaku memiliki alasan pribadi, namun juga melihat potensi besar kota tersebut. Ia meyakini Jember dapat berkembang menjadi “Kota Salmon”, sebutan yang merujuk pada bahan baku utama produk AFC.
Dalam acara Life Science Opportunity Preview (LOP), peserta mendapatkan penjelasan lengkap mengenai perusahaan, produk, serta peluang bisnis AFC. Acara ini dihadiri peserta dari berbagai daerah seperti Probolinggo dan Jombang, menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap peluang usaha legal di sektor kesehatan.
Terkait stigma terhadap MLM, dr. Luigi menegaskan bahwa sistemnya tidak salah, melainkan seringkali perusahaan yang tidak kredibel. AFC, menurutnya, telah diseleksi pemerintah Indonesia, didukung Kedutaan Besar Jepang, diaudit setiap tiga bulan, dan terdaftar di Bursa Efek Tokyo—menunjukkan keseriusan dan kredibilitas perusahaan.
AFC juga dikenal memiliki sistem pendukung yang kuat dan terbukti melalui berbagai penghargaan, termasuk rekor MURI untuk pembayaran bonus terbesar dalam satu hari senilai Rp112 miliar serta penyelenggaraan 508 acara besar dalam satu tahun. Dengan dukungan sistem tersebut, AFC berharap masyarakat Jember dapat melihat peluang bisnis yang legal, sehat, dan menjanjikan.
Perusahaan Indonesia yang menaungi kerja sama ini adalah H & E Dermatech, yang berkolaborasi dengan Asayama Family Club (AFC). Adapun struktur pimpinan perusahaan meliputi CEO Bpk. Ernest Prayudha, Co-CEO Bpk. Michel Ronald Tampi, serta General Manager Bpk. Nicolas Rampisela. Kerja sama antara pihak Indonesia dan Jepang ini telah didukung resmi oleh Kedutaan Besar Jepang dan telah beroperasi sejak 2014. Pada tahun 2018, AFC mulai mendapatkan izin menerapkan sistem MLM di Indonesia yang terus berkembang hingga kini.
Pewarta: Erman
